Pernah mendengar istilah guru itu merupakan kepanjangan digugu lan ditiru (bahasa Jawa). Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar guru ialah panutan untuk dicontoh. Huik, keren banget donk. Berarti bisa setara dengan artis donk, atau bahkan pahlawan, atau bahkan lagi ahli ilmu pengetahuan, atau bahkan lagi dan lagi…hingga lewati batas (Lho kok malah jadi lagunya Andra n The Backbone???). yah, what ever-lah apa yang dimaksud dengan guru, yang terpenting tujuan guru yaitu mendidik anak didiknya menjadi manusia yang sebenarnya alias bukan menjadi manusia jadi-jadian. Misalkan jadi monyet, jadi gorilla, atau bahkan jadi sedoooooot, kena gigi uang kembali kena lidah uang bertambah.
Hari pertama aku ngajar, tepatnya tangga 14 Juli 2008 (wuih berarti lama ya aku gak ngapdet postingan, maap deh!). Aku nggak merasa canggung sama sekali paling-paling ya pipis di celana (becanda banget Buuk!). Kenapa aku nggak merasa canggung sama sekali? Karena aku udah pernah ngajar sebelumnya, itu tuh aku dulu khan pernah ada mata kuliah PPL 2 (Praktik Pengalaman Lapangan 2), alias ngajar di sekolah beneran dan dilakukan dalam waktu yang sejingkat-jingkatnya, Jakarta 17 Agustus 1945 atas nama bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta (STOP! Kok malah jadi teks proklamasi). Praktik ngajar tersebut dilaksanakan selama 3 bulan, jadi ya lumayan sudah terbiasa menghadapi situasi kelas yang seperti perang dunia ke-1000. Saat itu yang menjadi kelas percobaanku yaitu kelas X-8. Yups, kali pertama ku ngajar aku bertampang sok cool, padahal aslinya emang cool banget gitu loh (hueeeeeek!!). Seperti biasa namanya juga awal dimulainya pelajaran baru jadi ngajarnya nggak serius-serius banget, pokoknya bercanda terus. Saat ngajar ada satu siswa yang lumayan enak dijadikan tersangka dan mangsa dalam bahan percandaan, sebut saja namanya Andriyan. Anaknya tuh kalo disuruh menjawab selalu ada saja tingkah lakunya, mulai dari ngebawa pisau terus melet sambil meletakkan pisaunya di leher teman sebangkunya. Oke, yang barusan emang ngarang banget!
Lepas dari masalah Andriyan yang gak tau kemana arah masa depannya. Hehe. Setelah jam pelejaran selesai sekarang giliran kelas X-7. Yups, di
Memang anak-anak saat pertemuan pertama itu harus diberi sebuah keringan dalam artian belajar sambil bercanda. Di sela-sela memberi materi disertakan bahan candaan yang tentunya membuat tertawa lepas, bahkan sampai ada yang lepas giginya (maaf aku berbohong lagi). Eh, gila ya bahasaku sok guru banget, padahal ya emang guru. Sebuah profesi yang dulunya nggak ada sama sekali dalam benak dan pikiranku. Bayangkan aja seorang Norief yang setiap hari memakai celana pensil dan kaos oblong harus menjadi guru yang selalu berpenampilan rapi dengan rambut yang harus pendek, padahal seumur hidup rambutku belum pernah pendek kecuali waktu baru lahir. Tapi mungkin emang yang digariskan-Nya padaku, toh jadi guru juga sebuah pekerjaan yang mendatangkan uang dan pahala dan berlipat ganda tentunya.
Saat kulihat suasana kelas mulai tegang aku isi dengan sedikit banyolan, misalnya dengan jungkir balik di depan kelas atau buang air kecil di depan kelas (itu mah namanya guru GOBLOK!). Hal pertama yang dilakukan saat masuk kelas pada jam pertama yaitu mempresensi siswa. Satu persatu siswa aku panggil dengan suara yang terbilang mirip Delon mau buang air besar.
”Sinta!”
”Ada Pak!”
”Santi”
”Ada Pak!”
”Ternyata kulitmu tak seputih Sinta”
Suasana kelas langsung hening, tiba-tiba dari atas keluar Spiderman yang lupa memakai kolornya. (apa coba hubungannya?). Aku terus memanggil nama siswa satu persatu sambil mencoba menghafal wajah mereka satu persatu.
”Gerrry”
”Iya Pak”
”Kamu makanan atau anak celeng?”
”Anak pocong, Pak!”
Memang setelah diamati dengan saksama antara Gerry dan pocong emang sama yaitu sama-sama makhluk Tuhan yang paling seksi, au...au...au....ih...ih...ih...
Semua pekerjaan di dunia ini pada intinya yaitu menjual. Ada yang menjual barang, menjual jasa bahkan ada juga yang menjual harga diri (harga diri tuh bisa nggak ya ditawar?). Hidup semakin lama semakin susah, tetapi sebenarnya tidak. Hanya saja bagaimana cara kita menjalani hidup itu. Mau dibikin enak ya enak, mau dibikin susah ya susah. Ingat masalah yang datang itu ialah bumbu kehidupan, jadi kalau hidupmu tak pernah menjumpai masalah maka sesungguhnya kamu itu ialah orang yang tak bisa menikmati hidup. Uogh...daradam...daradam.
No comments:
Post a Comment